I.
Dampak Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan
Efek Pb
terhadap kesehatan terutama terhadap sistem haemotopoetic (sistem pembentukan
darah), adalah menghambat sintesis hemoglobin dan memperpendek umur sel darah
merah sehingga akan menyebabkan anemia. Pb juga menyebabkan gangguan metabolisme Fe dan sintesis globin dalam sel darah merah
dan menghambat aktivitas berbagai enzim yang diperlukan untuk sintesis heme. Anak
yang terpapar Pb akan mengalami degradasi kecerdasan alias idiot. Pada orang
dewasa Pb mengurangi kesuburan, bahkan menyebabkan kemandulan atau keguguran
pada wanita hamil, kalaupun tidak keguguran, sel otak tidak bisa berkembang.
Dampak Pb pada ibu hamil selain berpengaruh pada ibu juga pada embrio/ janin
yang dikandungnya. Selain penyakit yang diderita ibu sangat menentukan kualitas
janin dan bayi yang akan dilahirkan juga bahan kimia atau obat-obatan, misalnya
keracunan Pb organik dapat meningkatkan angka keguguran, kelahiran mati atau
kelahiran prematur.
Efek-efek Pb terhadap kesehatan dapat dijelaskan secara rinci sebagai
berikut :
a. Efek
terhadap terjadinya Anemia oleh Pb
Secara
biokimiawi, keracunan timah hitam dapat menyebabkan :
1) Peningkatan
produksi ALA (Amino Levulinic Acid)
Timah hitam
akan menghambat enzim hemesintetase, yang mengakibatkan penurunan produksi
heme. Penurunan produksi heme ini akan meningkatkan aktivitas ALA sintetase,
dan akhirnya produksi ALA meningkat. Peningkatan produksi ALA ini dapat dilihat
dari
ekskresi ALA
di urine.
2) Peningkatan
Protoporphirin
Perubahan
protoporphirin IX menjadi heme, akan terhambat dengan adanya timah hitam. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi dari protoporphirin IX yang dapat
diketahui pada plasma dan feces.
3) Peningkatan
koproporphirin
Akumulasi dari
protoporphirin akan meningkatkan akumulasi dari koproporphirin III. Hal ini
diketahui dengan didapatkannya koproporphirin III pada urine dan feces.
b.
Efek terhadap saraf (sistem saraf pusat)
Susunan saraf
merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap keracunan Pb. Setelah pajanan
tinggi dengan kadar Pb darah di atas 80 μg/dl dapat terjadi ensefalopati.
Terjadi kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan oedema (adanya
cairan) otak, meningkatnya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi neuron dan
perkembangbiakan sel glia. Secara klinis keadaan ini disertai dengan menurunnya
fungsi memori dan konsentrasi, depresi, sakit kepala, vertigo (pusing
berputar-putar), tremor (gerakan abnormal dengan frekuensi cepat), stupor
(penurunan kesadaran ringan), koma, dan kejang-kejang.
c.
Ensefalopati
Ensefalopati
merupakan bentuk keracunan Pb yang sangat buruk dengan sindrom gejala
neurologis yang berat dan dapat berakhir dengan kerusakan otak atau kematian.
Paling sering dijumpai pada anak kecil atau orang yang mengkonsumsi
makanan/minuman tercemar Pb. Anak-anak mempunyai resiko lebih besar terhadap
paparan Pb dari orang dewasa. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan
aktivitas metabolik interna Ensefalopati akut pada manusia sangat dipengaruhi
oleh :
1) jumlah
partikel Pb yang terhisap
2) lama
pemaparan, dan faktor-faktor lain. Yang ditandai dengan :
i)
perubahan perilaku mental,
ii)
Pelemahan pada daya ingat dan pada aktivitas untuk berkonsentrasi
iii)
hyperirritabel (hal yang sangat mengganggu)
iv)
kegelisahan
v)
depresi
vi)
sakit kepala
vii) vertigo
dan tremor
Ensefalopati
akut berkembang hanya pada dosis yang besar dan jarang terjadi pada level Pb
dalam darah dibawah 100 μg/ 100 ml, pernah dilaporkan terjadi pada tingkat 70
μg/ 100ml.
d.
Pendengaran
Kerusakan pada
susunan saraf pusat dapat pula mengenai saraf kranial, kadar Pb dalam darah 15
μg/dl dapat menyebabkan gangguan saraf pusat, pada kadar 1 – 18 µg/dl
menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa penelitian pada anak-anak dan dewasa
memperlihatkan adanya hubungan paparan Pb dengan penurunan pendengaran tipe
sensorineural. Pada individu yang sensitif kadang-kadang didapatkan adanya efek
yang memburuk pada sistem tubuh, tetapi secara klinis efek tersebut tidak jelas
sampai dicapai kadar Pb yang lebih tinggi lagi.
e.
Efek terhadap ginjal
Keracunan
berat Pb dalam waktu lama akan menyebabkan penyakit renal progresif dan tidak
dapat disembuhkan. Ada beberapa laporan berisi interstisial nephritis kronis
pada pekerja sering disertai dengan hasil yang fatal. Kebersihan suatu industri
akan mengurangi jumlah dan besarnya komplikasi renal pekerja yang keracunan
akan tetapi anak-anak yang menghirup Pb pada cat yang mengelupas dan konsumen
yang mengkonsumsi makanan yang tercemar Pb tetap mempunyai resiko. Nephropati
yang ditandai oleh gangguan fungsi ginjal progresif sering disertai hipertensi.
Kerusakan ginjal berupa fibriosis interstitialis kronis, degenerasi tubuler,
dan perubahan vaskuler pada arteri kecil dan arteriol. Ditemukan gambaran khas,
yaitu penuhnya badan inklusi intranuklear pada sel dinding tubulus. Badan inklusi
merupakan kompleks protein Pb yang kemudian di ekskresi melalui urine.
Degenerasi tubulus proksimal mengakibatkan menurunnya reabsorbsi asam amino,
glukosa, fosfat dan asam sitrat. Pada kasus yang berat dapat terjadi sindrom
fanconi yaitu hiperamino uria (air kencing mengandung asam amino berlebihan),
glukosuria dan hipofosfat uria atau kadang-kadang hiperfosfat uria. Gangguan
ginjal bersifat tidak menetap. Saturnine gout adalah sebuah konsekuensi
pengurangan fungsi tubuler (ginjal tubulus glumerulus), Pb berpengaruh pada
ekskresi urates. Maka meskipun angka formasi mereka normal, level asam uric
disimpan dalam persendian, hampir menyerupai encok/ pegal.
f.
Efek terhadap sistem cardiovasculer
Pada keracunan
Pb akut beberapa pasien menderita colic yang disertai peningkatan tekanan
darah. Kemungkinan timbulnya kerusakan miokard tidak dapat diabaikan. Perubahan
elektro cardiografi dijumpai pada 70 % penderita dengan gejala umum berupa
takikardia, disritmia atrium.
g.
Efek terhadap sistem reproduksi
Telah diketahui
bahwa Pb dapat menyebabkan gangguan reproduksi baik pada perempuan maupun pada
laki-laki, Pb dapat menembus jaringan placenta sehingga menyebabkan kelainan
pada janin. Peningkatan kasus infertil, abortus spontan, gangguan haid dan bayi
lahir mati pada pekerja perempuan yang terpajan Pb telah dilaporkan sejak abad
19, walaupun demikian data mengenai dosis dan efek Pb terhadap fungsi
reproduksi perempuan, sampai sekarang masih sedikit.Hubungan antara kadar Pb
dalam darah dan kelainan yang diakibatkan
terhadap
kelainan reproduksi perempuan adalah
1) Kadar Pb
darah 10 μg/dl dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan.
2) Kadar Pb
darah 30 μg/dl mengakibatkan kelainan prematur.
3) Kadar Pb
darah 60 μg/dl mengakibatkan komplikasi kehamilan.
Senyawa
teratogen termasuk Pb dapat menembus janin dan dapat mengganggu pertumbuhan
mulai dari usia kehamilan pada minggu ke tiga hingga minggu ke 38. mulai minggu
ke tiga hingga pertengahan minggu ke enam dapat mengganggu pertumbuhan susunan
saraf pusat atau central nervous system (CNS), pada pertengahan minggu ke tiga
sampai minggu ke enam dapat mengganggu pertumbuhan jantung, pada minggu ke
empat hingga minggu ke delapan mengganggu pertumbuhan mata, lengan dan kaki,
mulai pertengahan minggu ke enam sampai minggu ke delapan dapat mengganggu
pertumbuhan gigi dan mulut, minggu ke sembilan mengganggu pertumbuhan tekak
(langit-langit, mulai minggu ke tujuh sampai ke 12 menggangu pertumbuhan alat
kelamin bagian luar dan mulai minggu ke empat sampai minggu ke 12 mengganggu
pertumbuhan pendengaran.
II.
Pencegahan dan pengawasan paparan dan keracunan
Beberapa
program pencegahan harus didasarkan pada ketersediaannya fasilitas teknik yang
memadai peraturan-peraturan yang tegas, pakaian pelindung yang efektif, dan
pengawasan higienis dan biologi yang terus menerus. Pengawasan biologis
biasanya didasarkan pada pengukuran reguler Pb pada urin, tingkat yang
seharusnya dipertahankan dibawah 150 µg/l.
III. Pengobatan
a.
Keracunan Pb anorganik
Pengobatan
simtomatik keracunan Pb anorganik adalah segera menghentikan pemaparan dan
dengan terapi kelasi. Untuk keracunan yang berat, penggunaan kalsium denatrium
EDTA secara infus intravena dalam dosis kira-kira 8 mg/kg, sedangkan pada
anak-anak dianjurkan menggunakan dimerkaprol 2,5 mg/kg/dosis intramuskular.
Succimer oral diakui untuk digunakan khusus keracunan Pb dalam darah dan urin,
harus dimonitor sebagai suatu petunjuk terapi. Dengan tersedianya succimer maka
penisilin tidak perlu digunakan. Pada pasien yang tidak ada gejala keracunan,
tidak dianjurkan menggunakan zat kelator. Penggunaan profilaktik (pencegahan)
zat kelator dikontraindikasikan pada pekerja yang terpapar Pb, karena dapat
meningkatkan absorbsi logam dari saluran pencernaan. Setelah terapi kelasi
dihentikan fungsi kadar Pb dalam darah dan profirin harus diuji dan dianalisis
untuk mengidentifikasi peningkatkan kembali kadar Pb karena Pb dimobilisasi
dari tulang.
b.
Keracunan Pb organik
Pengobatan
awal terdiri dari menghilangkan kontaminasi kulit dan pencegahan pemaparan
lebih lanjut. Pengobatan kejang memerlukan penggunaan anti konvulsi secara
bijaksana.
IV.
Contoh Kasus
Industri yang
perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb adalah semua industri yang memakai Pb
sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:
- Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini
menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang
berasal dari potongan logam (scrap).
- Industri bahan bakar.
Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada
bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan
sumber pencemaran Pb.
- Industri kabel.
Industri kabel memerlukan Pb untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian Pb di industri kabel
mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik
yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
- Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna.
Pada industri ini seringkali dipakai Pb karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya
dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate.
- Industri bahan bakar.
Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada
bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan
sumber pencemaran Pb.
- Industri kabel.
Industri kabel memerlukan Pb untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian Pb di industri kabel
mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik
yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
- Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna.
Pada industri ini seringkali dipakai Pb karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya
dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate.
sumber :