Wednesday, July 2, 2014

PENCEMARAN TIMBAL


I.          Dampak Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan
Efek Pb terhadap kesehatan terutama terhadap sistem haemotopoetic (sistem pembentukan darah), adalah menghambat sintesis hemoglobin dan memperpendek umur sel darah merah sehingga akan menyebabkan anemia. Pb juga menyebabkan gangguan  metabolisme Fe dan sintesis globin dalam sel darah merah dan menghambat aktivitas berbagai enzim yang diperlukan untuk sintesis heme. Anak yang terpapar Pb akan mengalami degradasi kecerdasan alias idiot. Pada orang dewasa Pb mengurangi kesuburan, bahkan menyebabkan kemandulan atau keguguran pada wanita hamil, kalaupun tidak keguguran, sel otak tidak bisa berkembang. Dampak Pb pada ibu hamil selain berpengaruh pada ibu juga pada embrio/ janin yang dikandungnya. Selain penyakit yang diderita ibu sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan juga bahan kimia atau obat-obatan, misalnya keracunan Pb organik dapat meningkatkan angka keguguran, kelahiran mati atau kelahiran prematur.
Efek-efek Pb terhadap kesehatan dapat dijelaskan secara rinci sebagai
berikut :
a. Efek terhadap terjadinya Anemia oleh Pb
Secara biokimiawi, keracunan timah hitam dapat menyebabkan :
1) Peningkatan produksi ALA (Amino Levulinic Acid)
Timah hitam akan menghambat enzim hemesintetase, yang mengakibatkan penurunan produksi heme. Penurunan produksi heme ini akan meningkatkan aktivitas ALA sintetase, dan akhirnya produksi ALA meningkat. Peningkatan produksi ALA ini dapat dilihat dari
ekskresi ALA di urine.
2) Peningkatan Protoporphirin
Perubahan protoporphirin IX menjadi heme, akan terhambat dengan adanya timah hitam. Hal ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi dari protoporphirin IX yang dapat diketahui pada plasma dan feces.
3) Peningkatan koproporphirin
Akumulasi dari protoporphirin akan meningkatkan akumulasi dari koproporphirin III. Hal ini diketahui dengan didapatkannya koproporphirin III pada urine dan feces.
b. Efek terhadap saraf (sistem saraf pusat)
Susunan saraf merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap keracunan Pb. Setelah pajanan tinggi dengan kadar Pb darah di atas 80 μg/dl dapat terjadi ensefalopati. Terjadi kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan oedema (adanya cairan) otak, meningkatnya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi neuron dan perkembangbiakan sel glia. Secara klinis keadaan ini disertai dengan menurunnya fungsi memori dan konsentrasi, depresi, sakit kepala, vertigo (pusing berputar-putar), tremor (gerakan abnormal dengan frekuensi cepat), stupor (penurunan kesadaran ringan), koma, dan kejang-kejang.
c. Ensefalopati
Ensefalopati merupakan bentuk keracunan Pb yang sangat buruk dengan sindrom gejala neurologis yang berat dan dapat berakhir dengan kerusakan otak atau kematian. Paling sering dijumpai pada anak kecil atau orang yang mengkonsumsi makanan/minuman tercemar Pb. Anak-anak mempunyai resiko lebih besar terhadap paparan Pb dari orang dewasa. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan aktivitas metabolik interna Ensefalopati akut pada manusia sangat dipengaruhi oleh :
1) jumlah partikel Pb yang terhisap
2) lama pemaparan, dan faktor-faktor lain. Yang ditandai dengan :
i)    perubahan perilaku mental,
ii)   Pelemahan pada daya ingat dan pada aktivitas untuk berkonsentrasi
iii)  hyperirritabel (hal yang sangat mengganggu)
iv)  kegelisahan
v)   depresi
vi)  sakit kepala
vii) vertigo dan tremor
Ensefalopati akut berkembang hanya pada dosis yang besar dan jarang terjadi pada level Pb dalam darah dibawah 100 μg/ 100 ml, pernah dilaporkan terjadi pada tingkat 70 μg/ 100ml.
d. Pendengaran
Kerusakan pada susunan saraf pusat dapat pula mengenai saraf kranial, kadar Pb dalam darah 15 μg/dl dapat menyebabkan gangguan saraf pusat, pada kadar 1 – 18 µg/dl menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa penelitian pada anak-anak dan dewasa memperlihatkan adanya hubungan paparan Pb dengan penurunan pendengaran tipe sensorineural. Pada individu yang sensitif kadang-kadang didapatkan adanya efek yang memburuk pada sistem tubuh, tetapi secara klinis efek tersebut tidak jelas sampai dicapai kadar Pb yang lebih tinggi lagi.
e. Efek terhadap ginjal
Keracunan berat Pb dalam waktu lama akan menyebabkan penyakit renal progresif dan tidak dapat disembuhkan. Ada beberapa laporan berisi interstisial nephritis kronis pada pekerja sering disertai dengan hasil yang fatal. Kebersihan suatu industri akan mengurangi jumlah dan besarnya komplikasi renal pekerja yang keracunan akan tetapi anak-anak yang menghirup Pb pada cat yang mengelupas dan konsumen yang mengkonsumsi makanan yang tercemar Pb tetap mempunyai resiko. Nephropati yang ditandai oleh gangguan fungsi ginjal progresif sering disertai hipertensi. Kerusakan ginjal berupa fibriosis interstitialis kronis, degenerasi tubuler, dan perubahan vaskuler pada arteri kecil dan arteriol. Ditemukan gambaran khas, yaitu penuhnya badan inklusi intranuklear pada sel dinding tubulus. Badan inklusi merupakan kompleks protein Pb yang kemudian di ekskresi melalui urine. Degenerasi tubulus proksimal mengakibatkan menurunnya reabsorbsi asam amino, glukosa, fosfat dan asam sitrat. Pada kasus yang berat dapat terjadi sindrom fanconi yaitu hiperamino uria (air kencing mengandung asam amino berlebihan), glukosuria dan hipofosfat uria atau kadang-kadang hiperfosfat uria. Gangguan ginjal bersifat tidak menetap. Saturnine gout adalah sebuah konsekuensi pengurangan fungsi tubuler (ginjal tubulus glumerulus), Pb berpengaruh pada ekskresi urates. Maka meskipun angka formasi mereka normal, level asam uric disimpan dalam persendian, hampir menyerupai encok/ pegal.
f. Efek terhadap sistem cardiovasculer
Pada keracunan Pb akut beberapa pasien menderita colic yang disertai peningkatan tekanan darah. Kemungkinan timbulnya kerusakan miokard tidak dapat diabaikan. Perubahan elektro cardiografi dijumpai pada 70 % penderita dengan gejala umum berupa takikardia, disritmia atrium.
g. Efek terhadap sistem reproduksi
Telah diketahui bahwa Pb dapat menyebabkan gangguan reproduksi baik pada perempuan maupun pada laki-laki, Pb dapat menembus jaringan placenta sehingga menyebabkan kelainan pada janin. Peningkatan kasus infertil, abortus spontan, gangguan haid dan bayi lahir mati pada pekerja perempuan yang terpajan Pb telah dilaporkan sejak abad 19, walaupun demikian data mengenai dosis dan efek Pb terhadap fungsi reproduksi perempuan, sampai sekarang masih sedikit.Hubungan antara kadar Pb dalam darah dan kelainan yang diakibatkan
terhadap kelainan reproduksi perempuan adalah
1) Kadar Pb darah 10 μg/dl dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan.
2) Kadar Pb darah 30 μg/dl mengakibatkan kelainan prematur.
3) Kadar Pb darah 60 μg/dl mengakibatkan komplikasi kehamilan.
Senyawa teratogen termasuk Pb dapat menembus janin dan dapat mengganggu pertumbuhan mulai dari usia kehamilan pada minggu ke tiga hingga minggu ke 38. mulai minggu ke tiga hingga pertengahan minggu ke enam dapat mengganggu pertumbuhan susunan saraf pusat atau central nervous system (CNS), pada pertengahan minggu ke tiga sampai minggu ke enam dapat mengganggu pertumbuhan jantung, pada minggu ke empat hingga minggu ke delapan mengganggu pertumbuhan mata, lengan dan kaki, mulai pertengahan minggu ke enam sampai minggu ke delapan dapat mengganggu pertumbuhan gigi dan mulut, minggu ke sembilan mengganggu pertumbuhan tekak (langit-langit, mulai minggu ke tujuh sampai ke 12 menggangu pertumbuhan alat kelamin bagian luar dan mulai minggu ke empat sampai minggu ke 12 mengganggu pertumbuhan pendengaran.

II.        Pencegahan dan pengawasan paparan dan keracunan
Beberapa program pencegahan harus didasarkan pada ketersediaannya fasilitas teknik yang memadai peraturan-peraturan yang tegas, pakaian pelindung yang efektif, dan pengawasan higienis dan biologi yang terus menerus. Pengawasan biologis biasanya didasarkan pada pengukuran reguler Pb pada urin, tingkat yang seharusnya dipertahankan dibawah 150 µg/l.
III.       Pengobatan
a.         Keracunan Pb anorganik
Pengobatan simtomatik keracunan Pb anorganik adalah segera menghentikan pemaparan dan dengan terapi kelasi. Untuk keracunan yang berat, penggunaan kalsium denatrium EDTA secara infus intravena dalam dosis kira-kira 8 mg/kg, sedangkan pada anak-anak dianjurkan menggunakan dimerkaprol 2,5 mg/kg/dosis intramuskular. Succimer oral diakui untuk digunakan khusus keracunan Pb dalam darah dan urin, harus dimonitor sebagai suatu petunjuk terapi. Dengan tersedianya succimer maka penisilin tidak perlu digunakan. Pada pasien yang tidak ada gejala keracunan, tidak dianjurkan menggunakan zat kelator. Penggunaan profilaktik (pencegahan) zat kelator dikontraindikasikan pada pekerja yang terpapar Pb, karena dapat meningkatkan absorbsi logam dari saluran pencernaan. Setelah terapi kelasi dihentikan fungsi kadar Pb dalam darah dan profirin harus diuji dan dianalisis untuk mengidentifikasi peningkatkan kembali kadar Pb karena Pb dimobilisasi dari tulang.
b.         Keracunan Pb organik
Pengobatan awal terdiri dari menghilangkan kontaminasi kulit dan pencegahan pemaparan lebih lanjut. Pengobatan kejang memerlukan penggunaan anti konvulsi secara bijaksana.
IV.       Contoh Kasus
Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb adalah semua industri yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:
- Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang  berasal dari potongan logam (scrap).
- Industri bahan bakar.
  Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada
  bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan
  sumber pencemaran  Pb.
- Industri kabel.
  Industri kabel memerlukan Pb untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian Pb di industri kabel
  mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik
  yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
- Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna.
  Pada industri ini seringkali dipakai Pb karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika
  dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya
  dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate.
sumber :



Monday, May 12, 2014

MEMBUAT CONTOH PERHITUNGAN DASAR MENGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC (VB)







MICROSOFT VISUAL BASIC


Microsoft Visual Basic (VB)
adalah sebuah bahasa pemprograman yang menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual. Tujuannya adalah untuk membuat program perangkat lunak berbasis sistem operasi Microsoft Windows dan menggunakan model pemrograman (COM).

Visual Basic
 adalah turunan bahasa pemrograman BASIC serta menawarkan pengembangan perangkat lunak komputer berbasis grafik dengan cepat. Bahasa-bahasa skrip, seperti Visual for Applications (VBA) dan Visual Basic Scripting Edition (VBScript), mirip dengan Visual Basic, tetapi berbeda cara kerjanya.
Programmer-programmer mampu membangun aplikasi dengan menggunakan komponen-komponen yang disediakan oleh Microsoft Visual Basic. Program-program yang ditulis dengan menggunakan Visual Basic juga dapat memakai Windows API, tetapi memerlukan deklarasi fungsi luar tambahan.

Dalam pemprograman yang ditujukan untuk bisnis, VB mempunyai pangsa pasar yang luas sekali. Sebuah riset pada 2005 menunjukkan bahwa 62 persen pengembang perangkat lunak memakai berbagai bentuk Visual Basic.

Sejarah

Pendiri Microsoft, Bill Gates mengawali bisnis perangkat lunak dengan mengembangkan interpreter bahasa basic untuk Altair 8800. Setelah itu, diubah agar mampu berjalan di atas IBM PC dengan sistem operasi DOS. Kemudian diluncurkanlah BASICA untuk DOS dan akhirnya muncullah Visual Basic.Pemprograman ini sangat mudah bagi pemula dan programmer musiman karena menghemat waktu pemprograman dengan komponen-komponen siap pakai yang tersedia.

Definisi Visual Basic

Visual Basic menyediakan sekumpulan perangkat untuk menyederhanakan dan mempermudah pengembangan aplikasi yang tangguh. Lalu, apa definisi sebenarnya dari Visual Basic itu? Kata visual mengacu kepada metode yang dipakai untuk membuat antarmuka dan bersifat grafis Graphical User Interface (GUI).

Metode ini memudahkan pengguna dalam menambahkan objek yang sebelumnya sudah dibangun ke dalam tempat dan posisi di layar Anda sesuai keinginan. Jika pernah menggunakan program untuk menggambar, seperti Paint, sebenarnya Anda sudah memiliki keahlian untuk membuat sebuah antarmuka pengguna secara efektif.

Kata basic mengacu kepada bahasa BASIC (Beginners All-Purpose Symbolic Instruction Code), yaitu sebuah bahasa yang dipakai oleh banyak programmer daripada bahasa lainnya.
Visual Basic sudah berubah dari bahasa asli BASIC dan sudah memiliki ratusan pernyataan (statement), fungsi, dan kata kunci. Sebagian besar di antaranya juga berhubungan dengan natarmuka grafis di Windows.

Para pengguna tingkat pemula dapat membuat aplikasi hanya dengan mempelajari beberapa kata kunci. Selain itu, kekuatan dari bahasanya memungkinkan para pengguna tingkat profesional mencapai apapun.
Pemrograman Berorientasi Objek (OOP)

Visual Basic merupakan bahasa yang mendukung Pemrograman berorientasi objek , namun tidak sepenuhnya, Beberapa karakteristik obyek tidak dapat dilakukan pada Visual Basic, seperti Inheritance tidak dapat dilakukan pada class module, Polymorphism secara terbatas bisa dilakukan dengan mendeklarasikan class module yang memiliki Interface tertentu. Visual Basic (VB) tidak bersifat case sensitif.

Desain Visual dan Komponen

Visual Basic menjadi populer karena kemudahan desain form secara visual dan adanya kemampuan untuk menggunakan komponen-komponen ActiveX yang dibuat oleh pihak lain.[4] Namun komponen ActiveX memiliki masalahnya tersendiri yang dikenal sebagai DLL hell,Pada Visual Basic .NET, Microsoft mencoba mengatasi masalah DLL hell dengan mengubah cara penggunaan komponen (menjadi independen terhadap registry).

Bahasa Pemprograman

Bahasa pemprograman VB tidak hanya identik dengan Visual Basic. Sistem pemprograman VB dalam bentuk Edisi Aplikasi, sudah dimasukkan ke dalam Microsoft Excel, Microsoft Access, dan lain-lain. Visual Basic Scripting Edition (VBScript) merupakan sebuah bahasa skrip yang dipakai secara lebih umum dan bagian dari bahasa Visual Basic.

Aplikasi

VB memiliki perangkat untuk berbagai kebutuhan, misalnya untuk membuat sebuah utility sederhana untuk pribadi atau kelompok kerja, sebuah sistem berskala perusahaan, atau aplikasi yang terdistribusi melalui internet.

Fitur Data Access membolehkan pengguna untuk membuat database, aplikasi front-end, dan komponen di sisi server untuk hampir seluruh format database terkenal, termasuk Microsoft SQL dan lain-lain.

Teknologi ActiveX memungkinkan pengguna untuk menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh aplikasi-aplikasi lain, misalnya pengolah kata Microsoft Word, Microsoft Excel spreadsheet, aplikasi Windows yang lain. Selain itu, dapat mengotomatisasikan aplikasi-aplikasi dan objek-objek yang dibuat dengan menggunakan edisi Professional atau Enterprise Visual Basic.

Kemampuan
internet memudahkan penyediaan pengaksesan ke dokumen-dokumen, file-file, dan aplikasi-aplikasi melalui internet atau intranet dari dalam aplikasi Anda. Bahkan, untuk membuat aplikasi internet server. Nantinya, aplikasi akhirnya akan berbentuk sebuah file.exe yang menggunakan Visual Basic Virtual Machine dan dapat didistribusikan secara bebas.

Versi

  • Visual Basic 1.0 untuk Windows (Mei 1991)
  • Visual Basic 1.0 untuk DOS (September 1992)
  • Visual Basic 2.0 (November 1992)
  • Visual Basic 3.0 (1993)
  • Visual Basic 4.0 (1995)
  • Visual Basic 5.0 (1997)
  • Visual Basic 6.0 (1998)
Ø  Komponen-Komponen Visual Basic 6.0



(1)
Title Bar adalah judul dari dokumen atau file Visual Basic 6.0

Ø  Menu Bar



(2)
Menu bar dalam VB seperti yang biasa kita lihat dalam Microsoft Office. Di dalamnya
terdafat menu File, Edit, View, Project, Format dan sejenisnya
Ø  Toolbar
Toolbar merupakan kumpulan tombol yang dapat melakukan sebuah perintah dengan cepat.
Ø  ToolBox
(3)

ToolBox adalah window yang berisi objek-objek untuk ditempatkan dalam form. Contohnya objek Label, TextBox, ListBox, ComboBox, Frame, dan sejenisnya.
Ø  Project
(4)

Project Window adalah sebuah window yang menampung project dan Form. Di dalamnya juga terdapat ikon View Code (untuk menampilkan area text editor) dan ikon View Object (untuk menampilkan GUI). Dengan menggunakan project window ini kita juga dapat menambah form, menghapus, mengganti nama form, memilih startup project dan lain-lain.
Ø  Properti Window
(5)
Properti window adalah sebuah window yang digunakan untuk memodifikasi objek berupa mengubah Caption, memberi nama objek, mengubah warna, ukuran, model dan sejenisnya.
Ø  Form Layout Window
Form Layout Window digunakan untuk mengatur letak form pada layar monitor.
Ø  Immediate Window
Immediate Window digunakan untuk mengevaluasi pernyataan valid yang dapat dieksekusi di Visual Basic, tetapi dia tidak dapat menerima pendeklarasian data.
Ø  Form

 


Form sering disebut dengan GUI (Graphical User Interface), adalah sebuah objek yang digunakan untuk menempatkan objek-objek dari ToolBox.
 (7)
Ø  Dalam membuat  project ini kita menggunakan 4 Tool Box
-Frame
-CommandButton
-TextBox
-Label
Rumus Program :
-Penjumlahan
Private Sub  Command1_Click()
Text3.Text  =  Val (Text1.text)  + (text2 .text)
End sub

-pengurangan
Private Sub  Command2_Click()
Text3.Text  =  Val (Text1.text)  -(text2 .text)
End sub
- Private Sub  Command3_Click()
Text3.Text  =  Val (Text1.text)  / (text2 .text)
End sub
-Perkalian
Private Sub  Command4_Click()
Text3.Text  =  Val (Text1.text)  * (text2 .text)
End sub
-perpangkatan
Private Sub  Command5_Click()
Text3.Text  =  Val (Text1.text)   ^  (text2 .text)
End sub
-reset
Private Sub  Command6_Click()
Text1.Text  = “ “
Text2.Text  = ” ”
Text3.Text  = “ ”
End sub

-Keluar
- Private Sub  Command7_Click()
End
End sub

(8)





Wednesday, April 23, 2014

PERTAMBAHAN PENDUDUK DAN PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN HIDUP



1.        Kasus Penyakit DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali di temukan di Manila Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia, penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%) akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Selanjutnya sejak saat itu, penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke seluruh tanah air Indonesia, sehingga sampai tahun 1980 seluruh provinsi di Indonesia kecuali di Timor-Timur telah terjangkit penyakit, dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan insiden rate mencapai 13,45%/100.000 penduduk. Keadaan ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi.


 Gambar 1 nyamuk Aedes Aegypti
 
2.        Cara Penularan Penyakit DBD
Terdapat 3 faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus DBD, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus DBD ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesia yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dan didalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infeksi).
Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari (extrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

3.        Cara Pencegahan Penyakit DBD
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat yaitu:
A.    Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah, sebagai contoh:
-          Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
-          Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
-          Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
-          Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas, dan ban bekas disekitar rumah dan lain sebagainya.

Gambar 2 Lingkungan kumuh
 
B.     Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
C.     Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
-          Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
-          Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

 Gambar 3. Cara Pencegahan

4.        Data Penderita Penyakit DBD
Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota Surabaya  pada tahun 1968, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang meninggal dunia. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia (Depkes RI, 2010). Pada tahun 2002 jumlah kasus sebanyak 40.377 (IR: 19,24/100.000 penduduk dengan 533 kematian (CFR: 1,3%) tahun 2003 jumlah kasus sebanyak 52.566 (IR: 24,34/100.000 penduduk) dengan 814 kematian (CFR:1,5% tahun 2004 jumlah kasus sebanyak 79.462 (IR: 37,01/100.000 penduduk) dengan 957 kematian (IR: 1,20%) tahun 2005 jumlah kasus sebanyak 95.279 (IR: 43,31/100.000 penduduk) dengan 1.928 kematian (CFR: 1,36%) tahun 2006 jumlah kasus sebanyak 114.656 (IR:52,48/100.000 penduduk) dengan 1.196 kematian (CFR: 1,04%) sampai dengan bulan November 2007 kasus telah mencapai 124.811 (IR:57,52/100.000 penduduk)  dengan 1.277 kematian (CFR:1,02%).
Bandar Lampung merupakan daerah endemis DBD. Data Dinas Kesehatan kota Lampung menyebutkan pada tahun 2010, jumlah penderita DBD di Bandar Lampung mencapai 763 orang dan yang meninggal 16 orang. Pada tahun 2011, jumlah penderita DBD di Bandar Lampung mencapai 413 orang dan yang meninggal 7 orang. Pada tahun 2012, terjadi peningkatan jumlah penderita DBD di Bandar Lampung mencapai 1.111 orang dan yang meninggal 11 orang, jumlah tersebut merupakan tertinggi dibanding kabupaten lain.

5.        Opini Penyakit DBD
Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara diatas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala dan disesuaikan dengan kondisi setempat. Selain itu penguburan barang-barang bekas dan pengurasan air menjadi salah satu cara yang efektif dalam menghindari penyakit DBD.

Sumber :
Candra, A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator. 2(2):110-119. Diunduh dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/aspirator/article/download
/2951/2136. Diakses pada tanggal 5 Januari 2014
Depkes RI. 2010. Pusat Data dan Surveilens Epidemologi Demam Berdarah
Dengue. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI
Depkes RI. 2011. Informasi umum Demam Berdarah Dengue. Ditjen PP dan
PL Jakarta. Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes. 2011. Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Lampung. Pusat
Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.depkes.go.id/downloads/Data%20Informasi%20Kesehatan%20Prov%20Lampung.pdf. Diakses pada tanggal 5 Januari 2014
Lestari, K. 2007. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue
(Dbd) Di Indonesia. Farmaka. 5(3):12-29.
http://farmasi.unpad.ac.id/farmaka-files/v5n3/keri.pdf. Diakses pada
tanggal 5 Januari 2014